April 16, 2021
Jika orang mendengar kata “Jakarta”, ibu kota Indonesia saat ini, maka orang pasti mengidentikkan Jakarta dengan kota banyak peluang dan kepadatannya. Jakarta dipandang banyak orang sebagai kota dengan berbagai peluang untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup. Hampir segala tren atau hal yang baru, biasanya akan muncul di Jakarta dulu sebelum kemudian menyebar ke kota-kota lain. Namun di lain sisi, Jakarta juga identik dengan kepadatannya. Sebelum pandemi, bukan hal asing lagi bahwa jarak 10 km di Jakarta bisa ditempuh dalam waktu 2 jam atau bahkan lebih. Jakarta, dengan jumlah penduduk yang hampir menyentuh 11 juta jiwa, merupakan propinsi terpadat di Indonesia. Bahkan karena kepadatannya, Jakarta sering disebut seperti gabungan dari banyak kota.
Melihat kepadatan Jakarta dan ditambah dengan biaya hidup yang tidak murah, maka dalam satu dekade terakhir ini semakin banyak bermunculan kota mandiri. Kota mandiri merupakan kawasan yang memiliki sistem pemukiman yang terintegrasi dengan perkantoran, pusat bisnis, dan beragam fasilitas pendukung eksternal dari rumah sakit, sekolah, tempat beribadah sampai pasar tradisional dan pusat perbelanjaan. Kota mandiri, atau kadang disebut juga sebagai kota satelit, biasanya berlokasi di tepi kota besar dan merupakan penunjang bagi kota besar tersebut. Beberapa contoh kota satelit dari Jakarta adalah Depok, Bekasi, dan Serpong. Dalam kurun 30 tahun, Serpong yang tadinya tambang pasir saat ini telah berevolusi menjadi kota modern dan memikat bagi 1.2 juta jiwa penduduknya.
Sudah selayaknya setiap orang hidup di daerah yang tidak terlalu padat, di mana udara masih terasa segar dan belum terlalu terdampak polusi. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa udara segar memiliki banyak benefit seperti menstabilkan tekanan darah, memberikan energi lebih dan pikiran yang lebih tajam, serta meningkatkan imunitas tubuh. Di saat pandemi ini, udara segar dan imunitas tubuh menjadi dua hal yang sangat berharga. Agung Podomoro Land menghadirkan Kota Podomoro Tenjo yang dilengkapi dengan jalur hijau, area publik terbuka sepanjang 2 kilometer di mana seluruh area permukiman terhubung dengan jalur hijau yang juga berfungsi sebagai jalur bersepeda yang bebas dari kendaraan bermotor dan dikelilingi pepohonan yang menghasilkan udara segar.
Menempati lahan seluas 650 hektar, Kota Podomoro Tenjo digadang sebagai kota mandiri terbaru yang modern dan komplit. Kota Podomoro Tenjo juga hunian pertama yang mengusung konsep green belt (jalur hijau) di Indonesia. Terletak 25 kilometer dari Serpong, Kota Podomoro Tenjo memiliki aksesibilitas terbaik seperti Transit Oriented Development (TOD) Kota Podomoro Tenjo yang terhubung dengan Stasiun Tigaraksa, sehingga penghuni hanya membutuhkan waktu 40 menit ke Jakarta. Selain itu, 5 menit dari Kota Podomoro Tenjo ada Tol Serpong-Balaraja yang sedang dibangun dan akan rampung pada 2024, jalur tol ini akan memudahkan akses penghuni ke Tangerang Selatan, Bogor, Jakarta, dan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Di samping fasilitas eksternal seperti rumah sakit, pusat bisnis, area komersial, sekolah, tempat beribadah, dan pasar tradisional, Kota Podomoro Tenjo juga menyediakan fasilitas internal yang komprehensif dan eksklusif. Clubhouse premium yang dilengkapi bioskop pribadi (private cinema) , ruang serbaguna, ruang aktivitas indoor, lounge, pusat kebugaran,
kolam renang, serta coworking space.
Saat ini, Kota Podomoro Tenjo memiliki dua tipe, deluxe dan premium. Di mana harga tipe deluxe mulai dari Rp 200,000,000an dan tipe premium mulai dari Rp 500,000,000an. Harga ini dinilai relatif terjangkau dan menjadi sasaran investasi kaum milenial, mengingat dalam beberapa tahun ke depan Kota Podomoro Tenjo akan berkembang dengan pesat menjadi kota modern yang terpadu. Hal ini dibuktikan dengan minat tinggi dari masyarakat setelah Kota Podomoro Tenjo diluncurkan. Sejak peluncurannya di bulan November 2020 lalu sampai April 2021, 1,700 unit rumah Kota Podomoro Tenjo telah laku terjual. Ke depannya masih banyak klaster yang akan hadir di Kota Podomoro Tenjo, diyakini juga bahwa klaster-klaster baru ini akan laku dalam sekejap karena animo masyarakat yang tinggi.